“Sedang bahagia, hingga imsonia,
eh?” sambut Anton sambil terkekeh saat aku melemparkan sekaleng minuman soda ke
arahnya.
“Bahagia? Aku sedang frustasi,”
dengusku sambil mendudukkan diri di sofa.
“Frustasi? Bukankah kau menikmati moment dipotret oleh perempuan impianmu
itu? Bagaimana? Kulihat kau pergi dengannya setelah pemotretan selesai. Sudah
kukatakan kau akan suka. Kau suka kan?” Anton tertawa lepas sambil sesekali
menyesap minuman kalengnya.
“Kau tidak pernah mengatakan kalau
dia sudah bersuami,” dengusku, lalu mengusap wajahku dengan kasar.
“Eh? Bersuami? Aku belum mendengar
hal itu. Setahuku dia belum menikah. Apakah dia mengatakan hal itu padamu?”
Anton menoleh, menatapku lekat.
“Tidak,” jawabku pelan.
“Lantas?” Anton menaikkan sebelah
alisnya, tersenyum meremehkan.
“Aku mengikutinya saat ia pulang ke
rumah. Ternyata ia pulang ke salah satu rumah dinas yang perusahaanku berikan
kepada manajer yang sudah berkeluarga. Aku sudah menunggunya hingga lewat
tengah malam dan ia tidak keluar dari rumah itu. Aku sudah tanyakan pada
orangku, rumah itu dihuni oleh manajer pemasaran yang baru menikah dua tahun
lalu.” Aku menyesap minuman kaleng yang baru saja kubuka.
Anton mengedikkan bahunya, serasa
tidak peduli dengan ucapanku barusan. Ia malah menyalakan rokok.
“Yang kutahu, ia belum menikah. Ia
tidak pernah memperkenalkan suaminya padaku atau pun pada anggota grup lainnya.
Ia hanya sering dikawal oleh bodyguard-bodyguard
tampan saat hunting,” ucap Anton
sambil terkekeh.
“Bodyguard?” Aku melongo.
“Sahabat-sahabatnya. Biasanya salah
satu sahabatnya akan menemani dia. Pernah dulu keempatnya menemani. Ia seperti
dikawal oleh bodyguard yang tidak
mengijinkan salah satu pun dari kami mencoba mendekatinya. Dan tentu saja,
tidak ada yang berani mendekatinya.”
“Kemarin ia tidak bersama siapa pun.”
“Kau beruntung kalau begitu.
Biasanya paling tidak,
satu di antara
mereka pasti berada di dekatnya. Dan mereka sangat posesif.” Anton tertawa
lebar.
Posesif, eh? Bagaimana bisa seorang
sahabat posesif pada sahabatnya?
“Jangan berpikiran negatif dulu, brother. Siapa tahu ia hanya menginap di
rumah saudaranya. Jangan mengambil kesimpulan sebelum ada fakta yang
berbicara,” ujar Anton sambil terkekeh pelan.
0 komentar:
Posting Komentar