“Kenapa turun?” tanya Joshua ketika
melihatku turun di ujung tangga.
“Menurutmu?” Aku menghiraukan
pertanyaan Joshua, lalu menuju meja kerja, kemudian menyalakan PC.
“Istirahatlah, Faith. Tidak perlu
bekerja dulu.” Joshua mendekatiku, kemudian tiba-tiba merebut mouse yang kupakai, lalu men-shut down PC yang baru saja kunyalakan.
Aku hanya bisa mendengus kesal.
“Kau menyebalkan, Josh.”
Joshua hanya terkekeh saat melihat
bibirku mengerucut. Ia mengacak pelan rambutku yang kemudian kutepis karena
melihat ekspresi Keyna yang terlihat cemburu. Keyna memang cemburuan ketika
Joshua dekat dengan perempuan mana pun, tak terkecuali aku, sahabatnya sendiri.
Aku berusaha mengembangkan senyum, berharap Joshua mau pun Keyna tidak
mengkhawatirkanku.
“Ini daftar klien baru kita hari
ini. Sebenarnya ada meeting untuk
besok, tetapi aku undur lusa mengingat kau tidak sehat hari ini, Faith.
Bagaimana? Apakah perlu aku undur beberapa hari lagi?” Vira menyerahkan
beberapa lembar kertas kepadaku dan Keyna bergantian.
“Sudah kukatakan, aku baik-baik
saja. Meeting sekarang juga aku
sanggup.” Aku terkekeh disambut sentilan jari Joshua di keningku.
“Baik-baik apanya?”
“Sebenarnya, aku penasaran apa
hubunganmu dengan Hyden,” ujar Vira tiba-tiba yang membuat aku hampir tersedak.
“Melihat betapa khawatirnya dia
padamu, perhatiannya yang tidak bisa dibilang biasa saja, aku pikir, ia punya
perasaan khusus padamu. Kenapa kalian tidak jadian saja?” tambah Vira sambil
mengambil tas yang ia letakkan di atas lemari kabinet.
Aku menelan ludah dengan susah
payah sementara Joshua dan Keyna cekikikan mendengar kata-kata Vira.
“Atau jangan-jangan … kalian memang
sudah jadian?” tebak
Vira.
“Kepo!” jawabku sambil tertawa
hambar.
Vira sebagai orang luar saja
mengira Hyden punya perasaan lebih padaku.
Jadi, apakah salah jika
aku juga merasa perhatian Hyden itu tidak seperti perhatian seorang sahabat?
Apakah salah jika aku merasa ia juga jatuh cinta padaku?
0 komentar:
Posting Komentar